MAHASISWA AKTIVIS STUBE-HEMAT MENJADI VOLUNTEER JOGJAKARTA GREEN FESTIVAL

Lembaga Jendela Ekologi mengadakan event Jogjakarta Green Festival pada 14 Februari 2009 di Mandala Bakti Wanitatama, Yogyakarta. Acara ini dilakukan dalam rangka Edukasi Publik “Untuk Adaptasi Perubahan Iklim pada Komunitas Indie dan Kampus di Perkotaan Yogyakarta”.

Perubahan iklim telah menjadi wacana banyak pihak. Meningkatnya gas rumah kaca yang terdiri dari karbondioksida (CO2), metana (CH4), dan dinitroksida (N2O) di atmosfer bumi telah memicu terjadinya pemanasan global yang kemudian berdampak pada perubahan iklim. Akibatnya, temperatur udara semakin panas. Berbagai macam bencana, seperti: kekeringan, banjir, longsor, badai, dan angin putting beliung terjadi silih berganti di berbagai belahan dunia.

Indonesia, sebagai negara kepulauan di wilayah tropis merupakan negara yang rentan terhadap dampak negatif perubahan iklim. Perubahan pola curah hujan akan mengurangi ketersediaan air untuk irigasi dan air minum. Kekeringan panjang dan banjir akan menyebabkan kegagalan panen yang akan mengancam kehidupan para petani. Cuaca yang berubah-ubah secara ekstrim akan berdampak signifikan terhadap perekonomian sebagian besar masyarakat Indonesia yang bergerak pada sektor riil seperti bidang pertanian, perikanan, kehutanan, pesisir dan daerah perkotaan. Perubahan iklim akan menimbulkan ancaman besar bagi kelangsungan hidup masyarakat Indonesia, seperti kemiskinan dan bencana alam yang akan menyebabkan kehancuran secara ekonomi, sosial, dan ekologis.

Di wilayah Yogyakarta, perubahan iklim telah menimbulkan permasalahan di kalangan petani. Beberapa tahun terakhir, petani di Yogyakarta mulai kesulitan menentukan musim tanam. Musim kemarau tidak lagi berkisar dari bulan April ke Oktober dan musim hujan tidak lagi tepat datang di bulan November hingga Maret. Meski belum terlalu berdampak pada jumlah hasil produksi pertanian, tetapi saat ini para petani mulai kesulitan memprediksi kapan waktu yang tepat untuk mulai bercocok tanam. Di samping itu, pada tahun 2006 di Yogyakarta, akibat cuaca yang berubah-ubah, jumlah penderita demam berdarah dengue (DBD) mencapai angka 894 orang, penderita diare mencapai 5.366 orang dan penderita infeksi saluran pernafasan (ISPA) mencapai 47.378 orang penderita. Angka ini merupakan angka tertinggi jika dibandingkan dengan jumlah penderita jenis penyakit yang sama selama lima tahun terakhir.

Karena itu, perkumpulan Jendela Ekologi (JE), sebuah lembaga non profit di Yogyakarta memberikan perhatian besar terhadap masalah ini. Sebagai bagian dari komitmen mengembangkan pendekatan berkelanjutan dalam pembangunan ekologi sosial di Indonesia, maka program edukasi publik untuk adaptasi perubahan iklim dilakukan untuk komunitas indie dan kampus di wilayan perkotaan Yogyakarta.

Program ini akan fokus pada empat strategi: 1) Pengembangan konsep berupa eksplore data dan informasi terkait dampak perubahan iklim secara langsung dan tidak langsung terhadap kehidupan kelompok sasaran. Tujuannya agar dapat dikumpulkan informasi terkait pemahaman kelompok sasaran tentang perubahan iklim, apa saja perilaku dan pola konsumsi mereka yang berdampak pada perubahan iklim, sehingga dikembangkan pendekatan yang konseptual dalam pelaksanaan program ini, 2) Promo program melalui penyebaran poster dan release kepada kelompok sasaran, publikasi dalam website Jendela Ekologi dan event-event stake holder, serta talk show di radio dan televisi lokal Yogyakarta. Promo ini diharapkan dapat menyebarluaskan informasi tentang program dan teknis pelaksanaannya kepada kelompok sasaran dan masyarakat perkotaan Yogyakarta, 3) Edukasi publik, dilaksanakan melalui film festival, kontes fotografi, green teatrikal, dan green music event, penyebaran infosheet, talkshow radio, dan FGD campus to campus untuk diskusi tentang adaptasi perubahan iklim, 4) Tindak lanjut program melalui pembentukan dan pelatihan peer group untuk adaptasi perubahan iklim dan perilaku ramah lingkungan di perkotaan Yogyakarta. Peer group direkrut dari personil-personil potensial kelompok sasaran dan merupakan cikal bakal dari eco creative community, sebuah komunitas kreatif dan peduli lingkungan hidup yang akan dibina dan difasilitasi oleh Jendela Ekologi.

Jogjakarta Green Festival merupakan akhir dari rangkaian program edukasi publik untuk adaptasi perubahan iklim tersebut. Dalam Jogjakarta Green Festival, 18 mahasiswa aktivis Stube-HEMAT menjadi bagian dari panitia penyelenggara. Mereka mendukung berjalannya acara dari awal sampai akhir.

Partisipasi mahasiswa aktivis Stube-HEMAT dalam acara ini antara lain: 1) ikut mempersiapkan tempat festival, 2) menjadi panitia selama acara berlangsung, dan 3) berpartisipasi dalam kepanitiaan lomba menggambar,dan 4) mengikuti pameran lembaga-lembaga yang bergerak di bidang lingkungan hidup.



Mahasiswa aktivis Stube-HEMAT sangat antusias mengikuti kegiatan ini. Mereka melihat bahwa dengan terlibat dalam kegiatan ini, mereka mendapatkan banyak pengetahuan dan dapat berjejaring dengan teman-teman dari lembaga yang lain.

Bagi Stube-HEMAT, kegiatan seperti ini dapat menjadi media untuk berjejaring dan memperkenalkan lembaga pelayanan mahasiswa ini pada lembaga-lembaga lain. Tetap semangat!