"Wahai Pemuda Bangkitlah...!!"
Apapun bisa dilakukan demi sebuah pelayanan
kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. Ukuran besar kecilnya pelayanan itu
tidak menjadi soal. Banyak sedikit pengabdian yang diberikan tentu akan tetap
bermanfaat bagi orang-orang disekitar. Maka,
tidak sedikit orang yang berusaha memberikan hidupnya bagi orang lain.
Pada 19-20 Mei 2013, Stube-HEMAT
Yogyakarta memberikan pelayanan pendampingan terhadap Remaja Pemuda GKJ Kemadang, Kabupaten Gunung Kidul
Yogyakarta. Workshop tentang leadership dan teamwork ini diselenggarakan di kawasan Pantai Krakal, Gunung Kidul, yang ditempuh selama 2
jam perjalanan dengan sepeda motor dari sekretariat Stube HEMAT. Dengan suasana
yang berbeda, workshop ini tentu saja mendatangkan kesenangan
tersendiri bagi teman-teman pemuda yang mengikutinya
terlebih Pendeta Kristiono, Suratman selaku majelis, Trustha Rembaka dan Vicky
dari Stube HEMAT turut aktif menjadi pembicara
dan pemateri dalam acara ini. Suratman, yang akrab dipanggil Pak Ratman mengungkapkan
keprihatinannya tentang kehidupan
pemuda remaja setempat. Mereka butuh
motivasi supaya mampu bersekutu dan melayani Tuhan di gereja dengan penuh semangat. Pemikiran serta gagasan untuk memulihkan kembali semangat kaum muda Kemadang terus-menerus didiskusikan dengan Vicky, salah satu anggota tim Stube-HEMAT yang sedang melakukan praktek kejemaatan di GKJ
Kemadang. Bak gayung bersambut, maka dicetuskanlah sebuah kegiatan workshop leadership dan teamwork: Wahai Pemuda
Bangkitlah!
Empat
sesi dalam workshop ini tidak membuat jemu karena materi workshop disalut dalam game-game seru yang
menggembirakan. Trustha Rembaka membagikan pemahaman terkait pentingnya
kekompakan, koordinasi, dan komunikasi dalam sebuah tim. Dia juga menambahkan,
pemimpin dan anggota tim tidak lagi melihat orang lain sebagai lawan
tetapi rekan untuk mencapai cita-cita
bersama. Vicky menggambarkan bagaimana nabi dan Tuhan Yesus Kristus memimpin
masyarakat menghadapi situasi sulit. Nabi-nabi berinisiatif dan berinovasi
membuat terobosan bagi masyarakat. Apa yang mereka lakukan tidak selalu
berjalan mulus. Yesus ditolak bangsa-Nya karena idenya tidak dipahami oleh
masyarakat waktu itu. Ide-ide nabi-nabi terlalu membahayakan sistem yang telah
mapan. Alih-alih melakukan pembaharuan justru mereka dianggap sebagai pengacau
stabilitas keamanan. Namun, Tuhan Yesus tetap kreatif dalam membimbing
masyarakat. Ia mengayomi. Pelan-pelan Tuhan mengajak masyarakat untuk bebas
berkreasi dan berinovasi. Masyarakat disadarkan untuk mau melihat betapa mereka
sudah dibodohi oleh kekakuan ritus dan tradisi sehingga menjauhkan mereka dari
Allah yang penuh kasih. Selanjutnya dengan bersemangat Pak Ratman menceritakan
pengalamannya sebagai ketua pemuda pada
era 2004-2009 yang begitu kompak, getol dan all
out menyelenggarakan kebaktian dan pelayanan. Pemuda-remaja yang menjauh
didekati dan diberi perhatian. Pemuda saat ini tidak boleh kehilangan semangat
untuk guyub dan bersatu. Sementara Pdt. Kristiono di sesi terakhir menegaskan bahwa
remaja-pemuda hadir dalam dua lini hidup: pelayanan di gereja “bersaksi,
bersekutu, melayani” dan pelayanan di masyarakat seperti kegiatan ekonomi,
sosial, dan budaya. Contohnya pengobatan gratis, penyuluhan, atau
pertemuan-pertemuan kebudayaan yang rutin diselenggarakan setiap tahun. Dua
aspek hidup inilah yang melekat dalam diri pemuda-remaja sebagai seorang
pemimpin.
Kata
kunci sebagai kesimpulan workshop ini adalah: (1) Pemuda harus bangkit dan melakukan perubahan, (2) Pemuda harus kompak dan pandai-pandai berkoordinasi,
cepat, konsisten, dan bekerjasama, (3) Pemuda jangan pernah lupa bahwa pendahulu-pendahulu kita
begitu getol menyemarakkan suasana persekutuan, berkreasilah dalam melayani Tuhan, dan (4) Pemuda tidak hanya melayani Tuhan di gereja,
tetapi harus menjadi pelayan-pelayan di masyarakat dan menjadi agen perubahan. ***
Komentar
Posting Komentar